Rabu, 01 April 2009

KEBEKOLO, What is that……???????


KEBEKOLO

Masalah berkurangnya kesuburan tanah untuk pertanian telah menyita perhatian dunia dan konservasi tanah menjadi solusinya. Mengembangkan teknik konservasi tanah dengan memperhatikan kearifan lokal dapat dijadikan salah satu pilihan. Salah satu contoh adalah KEBEKOLO dari Nusa Tenggara Timur. Apa itu KEBEKOLO?

Kebekolo adalah barisan-barisan tumpukan kayu atau ranting yang disusun atau direntang memotong lereng perbukitan pada lahan kering. Tumpukan-tumpukan itu dimaksudkan untuk menahan erosi, yaitu tergerusnya tanah oleh aliran air permukaan ketika hujan turun. Jarak antara tumpukan satu dengan tumpukan lain dibuat semakin rapat tatkala tingkat kemiringan lahan kering tersebut semakin tinggi. Teknik konservasi kebekolo ini banyak ditemukan di daerah NTT, khususnya di daerah Ende.

Ternyata teknik kebekolo ini sangat efektif menahan erosi tanah permukaan. Kelemahan dari kebekolo adalah teknik ini tergantung pada ’umur’ tumpukan kayu dan ranting tersebut. Bila kayu atau ranting yang digunakan sudah menjadi lapuk atau membusuk lalu rapuh dan hancur, tentunya teknik ini menjadi tidak efektif untuk menahan erosi. Resikonya para petani harus secara periodik mengganti tumpukan kayu atau ranting yang telah membusuk tersebut.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, para peneliti dari Balai Penelitian Tanah (Balittanah) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT, melalui kegiatan Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi (P4MI), memberikan sentuhan teknologi terhadap sistem kebekolo tersebut. Sentuhan teknologi tersebut tentunya masih bersifat sederhana namun praktis sehingga mudah dipahami dan diadopsi oleh petani setempat, yaitu dengan menanam tanaman konservasi di sepanjang tumpukan dan barisan Kebekolo.

kerapatan tertentu maka tanaman sudah dengan sendirinya bisa menahan erosi sehingga penggantian Kebekolo yang sudah busuk tidak lagi diperlukan.

Mungkin teknik konservasi lahan semacam kebekolo atau yang mirip terdapat pula di daerah lain. Mungkin juga ada teknik yang berbeda tetapi fungsinya sama, cukup murah, praktis, serta efisien. Semua itu perlu digali untuk bisa dijadikan pilihan dalam upaya konservasi lahan. (Tara n Imas)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar